MASJID AGUNG DEMAK
Masjid Agung Demak terletak di desa Kauman, Demak, Jawa Tengah.
Lokasi Masjid berada di pusat kota Demak, berjarak ±26 km dari Kota
Semarang, ±25 km dari Kabupaten Kudus, dan ±35 km dari Kabupaten Jepara.
Masjid ini dipercayai pernah merupakan tempat berkumpulnya para ulama
(wali) penyebar agama Islam, disebut juga Walisongo, untuk membahas
penyebaran agama Islam di Tanah Jawa khususnya dan Indonesia pada
umumnya. akses untuk menuju kesan bisa menaiki bus dari terminal terboyo semarang dengan jurusan demak atau naik bus dari terminal terboyo semarang dengan menaiki bus jurusan kudus.
untuk tiket masuk ke masjid agung demak tidak hanya membayar tempat parkir jika menggunakan kendaraan pribadi.
SEJARAH
Masjid Agung Demak – Menurut
sejarah, masjid ini didirikan oleh Wali Songo secara bersama-sama dalam
waktu 1 (satu) malam, masjid ini didirikan pada tahun 1399 saka (1447 M)
yg ditandai oleh candrasangkala (Lawang Trus Gunaningjami) sedang pada
gambar bulus yg berada di mihrab masjid ini terdapat lambang tahun 1401
saka yang menunjukan masjid ini berdiri pada tahun 1479 M bangunan dari
kayu jati ini berukuran 31 m x 31 m dengan bagian serambi berukuran 31 m
x 15 m atap tengahnya ditopang oleh 4 (empat) buah tiang kayu raksasa
(saka guru) yang dibuat empat wali diantara sembilan wali, saka sebelah
tenggara adalah buatan Sunan Ampel, saka sebelah barat daya buatan Sunan Gunung jati, sebelah barat laut buatan Sunan Bonang
dan sedangkan sebelah timur laut yang tidak terbuat dari satu buah kayu
utuh melainkan disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi
satu (saka tatal), merupakan sumbangan dari Sunan Kalijaga.
Serambinya dengan delapan buah tiang boyongan merupakan bangunan
tambahan pada zaman Adipati Yunus (Pati Unus atau pangeran Sabrang Lor),
sultan Demak ke-2 (1518-1521 M) pada tahun 1520
KEUNIKAN
1. Penampilan atap limas piramida masjid ini menunjukkan Aqidah Islamiyah
yang terdiri dari tiga bagian ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan. Di
Masjid ini juga terdapat “Pintu Bledeg”, bertuliskan “Condro Sengkolo”,
yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau
1466 M, atau 887 H.
2. Gambar bulus terdiri dari kepala yang berarti angka 1 ( satu ), kaki 4
berarti angka 4 ( empat ), badan bulus berarti angka 0 ( nol ), ekor
bulus berarti angka 1 ( satu ). Bisa disimpulkan, Masjid Agung Demak
berdiri pada tahun 1401 Saka.
3. Pawestren, merupakan bangunan yang khusus dibuat untuk sholat jama’ah
wanita. Dibuat menggunakan konstruksi kayu jati, dengan bentuk atap
limasan berupa sirap ( genteng dari kayu ) kayu jati. Bangunan ini
ditopang 8 tiang penyangga, di mana 4 diantaranya berhias ukiran motif
Majapahit. Luas lantai yang membujur ke kiblat berukuran 15 x 7,30 m.
Pawestren ini dibuat pada zaman K.R.M.A.Arya Purbaningrat, tercermin
dari bentuk dan motif ukiran Maksurah atau Kholwat yang menerakan tahun
1866 M.
4. Maksurah , merupakan artefak bangunan berukir peninggalan masa lampau
yang memiliki nilai estetika unik dan indah. Karya seni ini mendominasi
keindahan ruang dalam masjid. Artefak Maksurah didalamnya berukirkan
tulisan arab yang intinya memulyakan ke-Esa-an Tuhan Allah SWT. Prasasti
di dalam Maksurah menyebut angka tahun 1287 H atau 1866 M, di mana saat
itu Adipati Demak dijabat oleh K.R.M.A. Aryo Purbaningrat.
5. Pintu Bledheg, pintu yang konon diyakini mampu menangkal petir ini
merupakan ciptaan Ki Ageng Selo pada zaman Wali. Peninggalan ini
merupakan prasasti “Condro Sengkolo” yang berbunyi Nogo Mulat Saliro
Wani, bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.
OPINI
Di masjid agung demak harus ditambah lahan parkir karena pada saat ada acara acara khusu biasanya parkiran yang disediakaan tidak mencukupi dan menurut saya harus ditambah.
SUMBER
http://5antri.blogspot.co.id/2013/01/sejarah-lengkap-masjid-agung-demak.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar