KERATON JOGJAKARTA
Bangunan Kraton dengan arsitektur Jawa yang agung dan elegan ini terletak di pusat Kota Yogyakarta.
Bangunan ini didirikan oleh Pangeran Mangkubumi, yang kemudian bergelar
Sri Sultan Hamengku Buwono I, pada tahun 1775. Beliau yang memilih
tempat tersebut sebagai tempat untuk membangun bangunan tersebut, tepat
di antara sungai Winongo dan sungai Code, sebuah daerah berawa yang
dikeringkan.untuk menuju keraton yogyakarta selain menggunakan mobil pribadi bisa banyak menggunakan transportasi seperti bus ASPADA,naik bus DAMRI,trans jogja dan juga naik taksi.
Harga Tiket Masuk
-Turis lokal: Rp 7.000,00
-Turis mancanegara: Rp. 12.500,-
SEJARAH
-Turis mancanegara: Rp. 12.500,-
SEJARAH
Pada tahun 1955, perjanjian Giyanti membagi dua kerajaan Mataram menjadi
Ksunanan Surakarta dibawah pemerintah Sunan Pakubuwono III dan
Kasultanan Ngayogyakarta dibawah pemerintah Pangeran Mangkubumi yang
kemudian bergelar Sultan Hamengkubuwono I. Pesanggrahan Ayodya
selanjutnya dibangun menjadi Kraton Kasultanan Yogyakarta .
Lebih dari 200 tahun yang lalu, tempat
dimana Kraton Yogyakarta sekarang berada merupakan daerah rawa yang
dikenal dengan nama Umbul Pachetokan, yang kemudian dibangun menjadi
pesanggrahan yang bernama Ayodya. Kraton Yogyakarta menghadap ke arah
utara, pada arah poros Utara selatan, antara gunung merapi dan laut
selatan. Di dalam balairung kraton, dapat disaksikan adegan pisowanan
(persidangan agung) dimana Sri Sultan duduk di singgasana dihadap para
pemangku jabatan istana.
Regol Donopratomo yang menghubungkan
halaman Sri Manganti dengan halaman inti kraton, dijaga oleh 2 (dua)
patung dwarapala yang diberi nama Cingkarabala dan Balaupata, yang
melambangkan kepribadian baik manusia, yang selalu menggunakan suara
hatinya agar selalu berbuat baik dan melarang perbuatan yang jahat. Di
dalam halaman inti kraton, dapat dilihat tempat tinggal Sri Sultan yang
biasa digunakan untuk menerima tamu kehormatan dan menyelenggarakan
pesta. Di tempat ini juga terdapat keputren atau tempat tinggal
putri-putri Sultan yang belum menikah.
KEUNIKAN
Kraton Yogyakarta dibangun pada tahun
1256 atau tahun Jawa 1682, diperingati dengan sebuah condrosengkolo
memet di pintu gerbang Kemagangan dan di pintu Gading Mlati, berupa dua
ekor naga berlilitan satu sama lainnya. Dalam bahasa jawa : "Dwi naga
rasa tunggal" Artinya: Dwi=2, naga=8, rasa=6, tunggal=I, Dibaca dari
arah belakang 1682. warna naga hijau, Hijau ialah symbol dari
pengharapan.
Disebelah luar dari pintu gerbang itu,
di atas tebing tembok kanan-kiri ada hiasan juga terdiri dari dua (2)
ekor naga bersiap-siap untuk mempertahankan diri. Dalam bahasa Jawa:
"Dwi naga rasa wani", artinya: Dwi=2, naga=8, rasa=6, wani=1 jadi 1682.
Tahunnya sama, tetapi dekorasinya tak
sama. Ini tergantung dari arsitektur, tujuan dan sudut yang dihiasinya.
Warna naga merah. Merah ialah simbol keberanian. Di halaman Kemegangan
ini dahulu diadakan ujian-ujian beladiri memakai tombak antar calon
prajurit-prajurit kraton. Mestinya mereka pada waktu itu sedang marah
dan berani.
OPINI
Menurut saya kita harus melestarikan keraton yogyakarta ini supaya nanti generasi-generasi tetap tahu bagaimana kemegahan keraton yogyakarta
OPINI
Menurut saya kita harus melestarikan keraton yogyakarta ini supaya nanti generasi-generasi tetap tahu bagaimana kemegahan keraton yogyakarta
SUMBER
https://gudeg.net/direktori/61/kraton-yogyakarta.html
https://gudeg.net/direktori/61/kraton-yogyakarta.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar