Jumat, 28 Oktober 2016

 MASJID AGUNG KOTAGEDE YOGYAKARTA


Lokasi
Masjid Agung Kotagede berlokasi di Jalan Watu Gilang, Kotagede Yogyakarta

Akses
Untuk menuju kesana bisa menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Dari pasar kotagede Masjid ini tidak terlalu jauh.Wisatawan bisa langsung ambil jalan sebelah barat pasar, setelah itu lurus megikuti jalan Watu Gilang ke arah selatan sampai menemukan sebuah papan nama Masjid Agung Kotagede dan makam Raja Mataram Kotagede.

Harga Tiket
Untuk mengunjungi Masjid Agung Kotagede tidak dipungut biaya hanya dikenakan biaya parkir kendaraan sebesar Rp.1.000,- untuk parkir motor dan Rp.2.000,- untuk parkir mobil.

Fasilitas
Selain melihat keindahan dan merasakan sejarah Masjid Agung Kotagede ini, pengunjung dapat sekalian menyusuri sejarah kerajaan Mataram lama yang terdapat tidak jauh dari tempat tersebut. Pasar Kotagede bisa menjadi tujuan kedua setelah dari Masjid Agung Kotagede dan berziarah ke Makam Raja Mataram.

 Sejarah 

Masjid Kotagede dibangun pada masa kerajaan Mataram sekitar tahun 1640. Dibangun oleh sultan Agung dan dibantu oleh masyarakat setempat yang kala itu masih beragama Hindu dan Budha.Hingga kini masjid ini masih berdiri hingga sekarang dan menjadi kebanggan tersendiri bagi umat muslim Kotagede Yogyakarta.
Masjid Kotagede ini sering terkenal juga dengan nama Masjid Agung Mataram Kotagede karena dibangun pada masa Kerajaan Mataram. Masjid ini dibangun dengan dua tahapan yaitu tahap pertama dibangun pada masa Sultan Agung. Kala itu Sultan Agung hanya membangun bangunan pada inti masjid.
Kemudian pada tahap kedua, pembangunan dilanjutkan oleh Raja Kasunanan Surakarta, Paku Buwono X.penambahan bangunan yang dilakukan oleh Paku Buwono X yaitu mengganti tiang dengan berbahan besi.
Bangunan arsitektur Masjid Agung Mataram Kotagede ini termasuk bangunan yang unik karena memadukan dua unsur budaya yaitu Hindu dan Islam. Karena pada waktu itu masyarakat kebanyakan masih menganut ajaran agama Hindu.
Jika anda mengunjungi masjid ini anda akan melihat Mustaka/ Mastaka yang berada di puncak atap masjid. Anda akan melihat sebuah Gada yang memiliki ukran besar dengan hiasan ornamen berbentuk daun. Lambang Gada di puncak atap masjid ini sebagai simbol Ke-Esa-an Allah SWT.
Bangunan masjid ini termasuk bangunan jawa karena berbentuk limasan. Ciri-ciri bangunan limasan ini yaitu atap berbentuk limas dan terdapat ruangan inti dan serambi.

Keunikan Masjid Kotagede

Ada beberapa keunikan yang melekat pada Masjid Mataram iniyang masih bisa dilihat hingga sekarang diantaranya seperti dibawah ini:
– Bedug Lama , bedug ini konon adalah hadiah dari Nyai Pringgit.
Mimbar khotbah : Mimbar ini merupakan hadiah dari Sultan Palembang kepada Sultan Agung.
Batu Marmer Aksara jawa : batu ini melekat pada bagian tembok yang mengelilingi bangunan masjid.
pohon beringin yang usianya sudah ratusan tahun.Konon, pohon beringin ini sudah ada sejak masa pembangunan masjid ini.

Opini 
Menurut saya sebaiknya di Masjid Kotagede diberi atraksi lain atau kegiatan agama setiap tahunnya untuk membuat lebih banyak wisatawan berkunjung ke masjid tersebut seperti mengadakan event atau perlombaan untuk anak-anak seperti hafish Qur'an,Da'i cilik dll. hal ini dimaksudkan bukan hanya untuk tempat ibadah tetapi digunakan juga untuk memberikan dampak yang baik kepada masyarakat sekitar.

Sumber:
http://www.njogja.co.id/bantul/masjid-kotagede-yogyakarta/
http://www.njogja.com/sejarah-masjid-kotagede-yogyakarta-dan-keunikannya/

Kamis, 06 Oktober 2016

Museum UGM 

Alamat:MUSEUM UGM
Bulaksumur Blok D7-8
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
Waktu Kunjungan:Senin - Jumat 08.00-15.00
Tiket:Gratis

akses untuk menuju kesana sangat mudah bisa menggunakan trans jogja setelah itu turun dihalte terdekat UGM dan masuk kedalam kampus UGM.

Sejarah berdirinya Universitas Gadjah Mada (UGM) tidak terlepas dari peran para tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia. Kiprah UGM dari berdiri hingga saat ini menjadi tongak sejarah dan dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian. UGM lahir tidak semata-mata untuk pendidikan dan pengajaran tetapi sebagai tongak kebangkitan pendidikan nasional. Lahirnya UGM pada tanggal 19 Desember 1949 sebagai salah satu bukti kebangkitan pendidikan nasional di Yogyakarta. Pasca agresi Militer Belanda ke-2, 19 Desember 1948, menyebabkan lumpuhnya Ibu kota Republik Indonesia di Yogyakarta. Dalam hal ini, gagasan lahirnya UGM sebagai universitas perjuangan, universitas nasional, universitas Pancasila, Universitas Kerakyatan dan Universitas Kebudayaan menjadi bagian yang integral dan fundamental dalam proses perjalanan bangsa. Sri Sultan HB IX berperan secara signifikan dalam pendidikan dengan membuka keraton sebagai tempat belajar dan mengajar yang selanjutnya menjadi cikal bakal lahirnya UGM. Perjalanan UGM dalam mengukir peradaban dan sumbangsihnya di bidang keilmuan, kebangsaan, pendidikan, pengabdian, dan penelitian sampai sejauh ini masih belum banyak dipahami oleh masyarakat dan kalangan civitas akademika UGM sendiri.
Realisasi berdirinya museum UGM menjadi harapan dan cita-cita bersama untuk mewujudkan semangat pengabdian dan dedikasi UGM untuk bangsa dan masyarakat. Museum UGM menjadi sarana yang efektif dan efisien untuk mentransformasikan jati diri UGM sebagai universitas perjuangan, kebangsaan, kebudayaan, dan berdasarkan Pancasila. Pidato Soekarno pada pembukaan Gedung UGM di Bulaksumur Yogyakarta 19 Desember 1959 mengatakan bahwa Pantjasila adalah isi daripada Gadjah Mada, isi daripada Universitas ini, dan saja minta kepada semua mahaguru,pada lektor-lektor supaja Pantjasila,djiwa pantjasila itu, betul-betul dikobar-kobarkan,dihidup-hidupkan di dalam kalangan mahasiswa semua. Oleh karena itu, gagasan untuk melahirkan Museum UGM sebagai wahana pembelajaran nilai-nilai karakter bangsa melalui museum sangat penting dilakukan. Mengingat keinginan masyarakat untuk melihat dan memahami lebih dekat tentang UGM. Berdasarkan pemikiran tersebut mendorong UGM untuk dapat menjawab mengapa UGM perlu mewujudkan Museum UGM sebagai jendela jati diri UGM yang berkelanjutan. 

sebaiknya mewajibkan mahasiswa untuk datang kemuseum ugm dalam 1 minggu sekali untuk mengetahui bagaimana perjuangan para pahlawan dalam mendirikan Ugm 

sumber :


http://www.museumindonesia.com/museum/95/1/Museum_UGM_Yogyakarta 

museum wayang kekayon 



Alamat:
MUSEUM WAYANG KEKAYON
Jl. Raya Yogya-Wonosari Km 7, No. 277
Yogyakarta

Akses untuk menuju kesana bisa menggunakan angkutan umum kota/ biskota yang menuju kewonosari. sedangkan menggunakan kendaraan pribadi bisa melewati jalan rend rood selatan setelah itu ambil arah yang menuju wonosari.


Tiket:
Umum/pelajar Rp 7.000
Turis mancanegara Rp 10.000
Kamera Rp 10.000


Pendiri Museum Wayang Kekayon adalah Soejono Prawirohadikusumo. Inspirasi museum diperoleh saat studi di Gronigen, Belanda pada tahun 1966-1967. Pada waktu itu seorang direktur Rijksmuseum, Amsterdam mengemukakan adalah dosa bila di Yogyakarta tidak memiliki museum wayang dan mendirikan museum pribadi bukanlah persoalan kaya atau berduit, tetapi persoalan motivasi, ketekunan, dan kesabaran.

Demikian ucapan direktur tersebut telah memberi inspirasi kepada sang pendiri untuk mewujudkan sebuah museum wayang di Yogyakarta. Setelah melalui waktu yang cukup panjang yakni seperempat abad kemudian Museum Wayang Kekayon pun akhirnya berdiri dan diresmikan oleh Gubernur DIY pada waktu itu yaitu Paku Alam VIII pada tanggal 5 Januari 1990. Museum mulai beroperasi sepenuhnya 1,5 tahun kemudian.


Didalam musium kekayon terdapat banyak wayang seperti wayang kurawa,salah satu wayang kurawa itu bernama Duryudana yang memiliki sifat sombong,angkuh,rakus dan haus akan kekuasaan yang ingin menjadi raja ditanah hastina. 


Museum Wayang, terdiri dari satu unit auditorium (tempat memberi informasi mengenal asal-usul dan klasifikasi wayang) dengan sembilan unit ruang pameran yang menggelarkan segala macam wayang yang pernah ada di Jawa, ditambah beberapa wayang dari luar Jawa dan mancanegara.

Gedung induk dengan arsitektur khas Jawa. 

Sejarah dalam Taman terdiri dari bangunan-bangunan yang menggambarkan sejarah bangsa Indonesia sejak zaman manusia purba, pengaruh Austronesia, Hindu, era Majapahit, pengaruh Islam, Belanda, era Kartasura, era Mangkubumi, zaman Jepang, sampai proklamasi.

Taman dan hutan mini merupakan lingkungan hidup yang ditata sesuai kaidah melindungi dan melestarikan flora dan fauna.

Lingkungan Hidup Kompleks Kekayon merupakan wahana sekaligus sarana belajar ekstrakurikuler mengenai mata pelajaran cinta lingkungan hidup dan kebudayaan bangsa. Sesuai dengan sengkalan yang terpancang pada gapura Lingkungan Hidup Kompleks Kekayon: Kekayon (7), Siaga (8), Angsti (9), Wiyata (1) yang artinya Lingkungan Hidup Kekayon siap memberi bimbingan/pendidikan. Bilangan tahun tersebut (1987) menunjukkan tahun selesainya bangunan-bangunan dalam kompleks museum.


untuk menarik wisatawan sebaiknya didekat musium kekayon ditambah tempat bermain anak-anak supaya anak-anak bisa senang setelah melihat wayang-wayang yang ada dimuseum.supaya menambah wisatawan yang datang ke museum.



Sumber :

Buku Panduan Museum Wayang Kekayon, Yogyakarta.